Total Tayangan Halaman

Selasa, 28 Februari 2012

proses geothermal


Penelitian

SUMBER DAYA PANAS BUMI INDONESIA: STATUS PENYELIDIKAN, POTENSI DAN TIPE SISTEM PANAS BUMI

Oleh
Kasbani
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
Pusat Sumber Daya  Geologi, Badan Geologi
Abstrak
Sampai di penghujung tahun 2009, telah  diketahui sedikitnya 265 lokasi sumber energi panasbumi di seluruh Indonesia dengan potensi 28,1 GWe. Sebagian besar  potensi tersebut berasosiasi dengan jalur vulkanik, yang umumnya berentalpi tinggi dan dapat dikembangkan secara komersial untuk pembangkitan tenaga listrik. Sebagian kecil adalah sumber panasbumi yang berasosiasi dengan sistem non-vulkanik, biasanya memiliki suhu reservoir relatif rendah.  Sistem panas bumi di Indonesia berdasarkan tatanan geologinya pada umumnya dapat dibedakan menjadi lima tipe:  gunung api strato tunggal, komplek gunung api, kaldera, graben –kerucut vulkanik, dan non vulkanik. Tipe-tipe sistem panas bumi ini mencerminkan besarnya potensi yang dikandungnya: tipe komplek gunung api, kaldera dan graben-kerucut vulkanik pada umumnya mempunyai potensi energi yang jauh lebih besar  dari pada tipe lainnya.  Pemanfataan untuk pembangkit listrik hingga saat ini baru 1189 MWe atau sekitar 4 % dari potensi total. Semua sistem panas bumi yang telah dimanfaatkan  bertipe komplek gunung api, kaldera dan graben-kerucut vulkanik. Sementara itu pemanfaatan langsung (direct use) masih jauh dari harapan.
PENDAHULUAN
Energi panas bumi bersifat ramah lingkungan bila dibandingkan dengan jenis energi lainnya terutama yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (fossil fuel), sehingga bila dikembangkan akan mengurangi bahaya efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Presiden RI dalam pernyataannya pada pertemuan G-20 baru-baru ini, telah menargetkan pengurangan sebanyak 26% emisi CO2 menjelang tahun 2020. 
Sumber energi panas bumi cenderung tidak akan habis, karena proses pembentukannya yang terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan hidrologi) dapat terjaga keseimbangannya. Mengingat energi panas bumi ini tidak dapat diekspor, maka pemanfaatannya diarahkan  untuk mencukupi kebutuhan energi domestik, dengan demikian energi panas bumi akan menjadi energi alternatif andalan dan vital karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi fosil yang kian menipis dan dapat memberikan nilai tambah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aneka ragam sumber energi di Indonesia.
Hingga saat ini telah teridentifikasi 265 lokasi sumber energi panas bumi Indonesia dengan potensi mencapai sekitar 28,1 GWe (Gambar 1) atau setara dengan 12 (duabelas) milyar barel minyak bumi untuk masa pengoperasian 30 tahun, menempatkan sebagai salah satu negara terkaya akan potensi energi panas bumi. Tulisan ini disamping  membahas tentang  status potensi dan penyelidikan saat ini, juga akan disampaikan tentang tipe sistem panas bumi di Indonesia, yang barangkali dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan estimasi awal  bagi pemangku kepentingan, terutama Pemerintah Daerah.
STATUS POTENSI DAN PENYELIDIKAN PANAS BUMI 2009
Pemerintah c.q Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Badan Geologi sejak tahun 1970-an telah melakukan kegiatan survei panas bumi. Apalagi dengan adanya undang-undang panas bumi, yang memberikan kewenangan kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk melakukan penyelidikan pendahuluan membuat kegiatan ini semakin intensif. Data yang diperoleh digunakan untuk penetapan wilayah kerja pertambangan panas bumi. Kegiatan yang dilakukan meliputi geologi, geokimia dan geofisika.
Mengingat besarnya potensi energi panas bumi di Indonesia, dan  berkembangnya tingkat penyelidikan dan pengusahaannya, maka pemerintah dalam hal ini Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral  telah merumuskan suatu pedoman untuk mengklasifikasikan potensi energi panas bumi berdasarkan hasil penyelidikan geologi, geokimia dan geofisika, teknik reservoar serta estimasi kesetaraan listrik. Pedoman tersebut telah disahkan sebagai Standar Nasional “Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia”, SNI 18-6009-1999.
Berdasarkan Standar Nasional “Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia”, ada beberapa tahapan penyelidikan dan pengembangan panas bumi yang terkait dengan pengklasifikasian potensi energi panas bumi. Setiap tahapan memiliki tingkat akurasii dan teknik yang berbeda-beda yang didukung oleh penyelidikan geologi, geofisika dan geokimia, serta pengeboran kelandaian suhu.Dengan adanya kegiatan inventarisasi dan eksplorasi baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta, maka data potensi energi  panas bumi di Indonesia berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan tingkat penyelidikan yang telah dilakukan.
Sampai saat ini di Indonesia terdapat 265 lokasi panas bumi yang tersebar di sepanjang jalur vulkanik yang membentang dari P. Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku serta daerah-daerah non vulkanik seperti kalimantan dan Papua (Gambar 1). Perkiraan total potensi energi panas bumi di Indonesia sekitar 28.112 MWe  atau setara dengan 12 milyar barel minyak bumi. Dengan total  potensi sebesar ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara terkaya akan energi  panas bumi.  Pada  tahun 2009 terdapat penemuan 8 lokasi daerah baru  dengan potensi sekitar 400 Mwe dari hasil kegiatan survei panas bumi yang dilakukan oleh Badan Geologi. Lokasi daerah panas bumi baru ini adalah Lili, Mapili dan Alu , Sulawesi Barat;  Tehoru, Banda Baru dan pohon Batu , dan Kelapa Dua , Maluku ;  dan Kebar, Papua Barat.  Lokasi survei panas bumi tahun 2009  yang dilakukan  oleh Badan Geologi ditunjukkan pada Gambar 2. Sedangkan  potensi enegi panas bumi untuk status tahun 2009 terlihat pada Tabel 1.
Dilihat dari status penyelidikannya, dari 265 daerah panas bumi yang ada, 138 lokasi (52,07 %) daerah panas bumi masih pada tahap penyelidikan pendahuluan awal atau inventarisasi  dengan potensi pada kelas sumber daya spekulatif, 24 lokasi (9,05 %) daerah panas bumi masih pada tahap penyelidikan pendahuluan dengan potensi pada kelas sumber daya hipotetis. Daerah yang telah disurvei secara rinci melalui survei permukaan dengan atau tanpa pengeboran landaian suhu dengan potensi cadangan terduga sebanyak 88 lokasi (33,21%). Daerah yang telah dilakukan pengeboran eksplorasi atau siap dikembangkan sebanyak 8 daerah (3,01%). Daerah panas bumi yang telah dimanfaatkan untuk pembangkitan listrik saat ini baru 7 lokasi atau 2,64 % dengan kapasitas total terpasang 1189 MW.
Jumlah lokasi panas bumi yang berpotensi mengalami tumpang tindih sebagian atau seluruhnya dengan kawasan hutan adalah  sekitar 81 lokasi  atau  sekitar  30 % dari total lokasi panas bumi di  Indonesia dengan potensi sekitar 12.000 MW Tabel 2). Dari sejumlah ini, sekitar 11 % ( 29 lokasi) berada di kawasan hutan konservasi dengan potensi sekitar 3400 MW dan sekitar 19 % (52 lokasi) berada di kawasan hutan lindung dengan potensi sekitar 8600 MW.Lokasi panas bumi yang sebagian berpotensi berada di kawasan hutan (konservasi) juga terjadi pada WKP eksisting seperti: Kamojang.
PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI
Sumber daya energi panas bumi dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung. Energi yang digunakan merupakan hasil konversi dalam bentuk uap dan panas. Energi panas bumi yang digunakan secara langsung disebut direct use sedangkan energi panas bumi yang berupa konversi dalam bentuk listrik merupakan hasil konversi uap. Direct use memanfaatkan panas secara efisien dan pembiayaannya jauh lebih kecil dibandingkan pembangkit listrik
Pemanfaatan panas bumi telah dilakukan sejak 1904 di Italy dimana dimasa itu uap panas bumi dapat menyalakan lima buah lampu. Di Indonesia pembangkit listrik tenaga panas bumi baru terlaksana pada tahun 1983 di Kamojang dengan potensi sebesar 30 MW. Selanjutnya mulai didirikan PLTP lainnya seperti di G.Salak, Sibayak, Darajat, Dieng, Wayang Windu dan Lahendong. Hingga saat ini baru 1189 Mw listrik yang telah diproduksi dari tujuh lapangan.  Ketujuh lapangan panas bumi tersebut adalah Sibayak (12 MW), G. Salak (375 MW), Kamojang (200 MW), Darajat (255 MW), Wayang Windu (227 MW), Dieng (60 MW), dan Lahendong (60 MW).
Pemanfaatan energi panas bumi secara direct use dilakukan tanpa adanya konversi energi ke dalam bentuk lain. Karena sifatnya yang mudah maka pemanfaatannya bisa dilakukan dalam berbagai cara. Untuk mengefektifkan penggunaannya pemanfaatan direct use dilakukan sesuai dengan kebutuhan temperaturnya. Dibeberapa lokasi di Indonesia masyarakat setempat telah melakukan pemanfaatan secara langsung seperti untuk sarana pariwisata, pemanasan hasil kebun dan pembibitan jamur, pembuatan pupuk dan budidaya ikan. Namun secara umum pemanfaatan langsung bagi kepentingan bahan bakar industri pertanian belum berkembang.
WILAYAH KERJA PANAS BUMI
Dalam rangka mempercepat pengembangan energi panas bumi terutama untuk pemanfaatan tidak langsung (pembangkitan listrik), Pemerintah telah menetapkan beberapa WKP baru untuk daerah-daerah panas bumi yang kelengkapan datanya telah mencukupi.
Sampai saat ini telah ditetapkan sebanyak 22 WKP baru (Tabel  3). Dari 22 WKP ini, 5 WKP telah selesai dilelangkan.  6 WKP sedang dalam proses lelang dan 11 WKP  belum di lelang. WKP yang sudah selesai  dilelang yaitu Tampomas ( Jawa Barat), Cisolok-Cisukarame (Jawa Barat), Tangkuban Parahu (Jawa Barat), Sokoria  (NTT), Jailolo (Maluku Utara) dan Jaboi (NAD.  Sedangkan WP yang sedang dalam proses lelang tahun ini adalah Ungaran (Jawa Tengah), Ngebel Wilis (Jawa Timur), Blawan-Ijen (Jawa Timur),  Siaholon Ria Ria ( Sumatra Utara), dan Liki Pinangawan ( Sumatera Barat).
SISTEM PANAS BUMI  DI INDONESIA
Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga lempeng besar (Eurasia, Hindia Australia. Pasifik) menjadikannya memiliki tatanan tektonik yang kompleks. Subduksi antar lempeng benua dan samudra menghasilkan suatu proses peleburan magma dalam bentuk partial melting batuan mantel dan magma mengalami diferensiasi pada saat perjalanan ke permukaan proses tersebut membentuk kantong – kantong magma (silisic / basaltic) yang berperan dalam pembentukan jalur gunungapi yang dikenal sebagai lingkaran api (ring of fire). Munculnya rentetan gunung api Pasifik di sebagian wilayah Indonesia beserta aktivitas tektoniknya dijadikan sebagai model konseptual pembentukan sistem panas bumi Indonesia.
Berdasarkan asosiasi terhadap tatanan geologi, sistem panas bumi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :  vulkanik, vulkano – tektonik dan Non-vulkanik. Sistem panas bumi vulkanik adalah sistem panas bumi yang berasosiasi dengan gunungapi api Kuarter yang umumnya terletak pada busur vulkanik Kuarter yang memanjang dari Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, sebagian Maluku dan Sulawesi Utara.Pembentukan sistem panas bumi ini biasanya tersusun oleh batuan vulkanik menengah (andesit-basaltis) hingga  asam dan umumnya memiliki karakteristik reservoir ? 1,5 km dengan temperature reservoir tinggi (~250  -  ? 370°C). Pada daerah vulkanik aktif biasanya memiliki umur batuan yang relatif muda dengan kondisi temperatur yang tinggi dan kandungan gas magmatik besar. Ruang antar batuan (permeabilitas) relatif kecil karena faktor aktivitas tektonik yang belum terlalu dominan dalam membentuk celah-celah / rekahan yang intensif sebagai batuan reservoir. Daerah vulkanik yang tidak aktif biasanya berumur relatif lebih tua dan telah mengalami aktivitas tektonik yang cukup kuat untuk membentuk permeabilitas batuan melalui rekahan dan celah yang intensif. Pada kondisi tersebut biasanya terbentuk temperatur menengah - tinggi dengan konsentrasi gas magmatik yang lebih sedikit. Sistem vulkanik dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa sistem, misal : sistem tubuh gunung api  strato jika hanya terdiri dari satu gunungapi utama, sistem komplek gunung api jika terdiri dari beberapa gunungapi, sistem kaldera jika sudah terbentuk kaldera dan sebagainya.
Sistem panas bumi  vulkano – tektonik, sistem yang berasosisasi antara  graben dan  kerucut vulkanik, umumnya ditemukan di daerah Sumatera pada jalur sistem sesar sumatera (Sesar Semangko). Sistem panas bumi Non vulkanik adalah sistem panas bumi yang tidak berkaitan langsung dengan vulkanisme dan umumnya berada di luar jalur vulkanik Kuarter. Lingkungan non-vulkanik di Indonesia bagian barat pada umumnya tersebar di bagian timur sundaland (paparan sunda) karena pada daerah tersebut didominasi oleh batuan yang merupakan penyusun kerak benua Asia seperti batuan metamorf dan sedimen. Di Indonesia bagian timur lingkungan non-vulkanik berada di daerah lengan dan kaki Sulawesi serta daerah Kepulauan Maluku hingga Irian didominasi oleh batuan granitik, metamorf dan sedimen laut
PENUTUP
Sampai dengan November 2009, total potensi panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 28.112 MWe yang tersebar di 265 daerah prospek panas bumi.  Dari sisi jumlah lokasi yang ada, terdapat penambahan sebanyak 8 lokasi  dengan potensi sekitar 400 MWe yang merupakan hasil penemuan pada kegiatan lapangan tahun 2009.
Dalam upayanya mempercepat pengembangan energi panas bumi di Indonesia, Pemerintah telah menetapkan 22 WKP baru dengan total potensi mencapai 2376 MWe. Dari WKP baru tersebut, 6 WKP telah selesai  dilelang, 5 WKP sedang dalam proses lelang, dan 11 WKP belum di lelang .
Potensi panas bumi di Indonesia terdapat dalam berbagai tipe sistem panas bumi. Pengelompokan tipe sistem panas bumi  ini dapat memberikan estimasi awal besarnya potensi energi yang terkandung dalam suatu daerah panas bumi, dan barangkali  dapat digunakan sebagai pedoman awal dalam memilih lokasi-lokasi panas bumi untuk dilakukan penyelidikan selanjutnya bagi pemangku kepentingan.

Manfaat Geothermal

MANFAAT GEOTHERMAL

Energi panas bumi atau biasa disebut geothermal memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai pembangkit listrik. Energi panas bumi akan dijadikan salah satu energi utama selain migas dan batubara. Kondisi alam dengan banyaknya pegunungan membuat Indonesia menjadi negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, yakni sekitar 40% dari seluruh potensi di dunia. Apa saja manfaatnya?
Energi Geo (Bumi) thermal (panas) berarti memanfaatkan panas dari dalam bumi. Tahukah teman-teman bahwa inti planet kita sangat panas? Saat ini panas inti bumi kira-kira mencapai 500 derajat  celcius (9,932 F). Maka tidak mengherankan jika tiga meter teratas permukaan bumi tetap konstan mendekati 10-16 Celcius (50-60 F) setiap tahun. Berkat berbagai macam proses geologi, pada beberapa tempat temperatur yang lebih tinggi dapat ditemukan di beberapa tempat.
Di mana sumber air panas geothermal dekat permukaan, air panas itu dapat langsung dialirkan ke tempat yang membutuhkan panas. Ini adalah salah satu cara geothermal digunakan yakni untuk air panas, menghangatkan rumah, untuk menghangatkan rumah kaca dan bahkan mencairkan salju di jalan. Bahkan di tempat di mana penyimpanan panas bumi tidak mudah diakses, pompa pemanas tanah dapat membawa kehangatan ke permukaan dan ke dalam gedung. Cara ini bekerja di mana saja karena temparatur di bawah tanah tetap konstan selama tahunan. Sistem yang sama dapat digunakan untuk menghangatkan gedung di musim dingin dan mendinginkan gedung di musim panas.
Pembangkit Listrik tenaga geothermal menggunakan sumur dengan kedalaman sampai 1.5 km atau lebih untuk mencapai cadangan panas bumi yang sangat panas. Beberapa pembangkit listrik ini menggunakan panas dari cadangan untuk secara langsung menggerakan turbin. Yang lainnya memompa air panas bertekanan tinggi ke dalam tangki bertekanan rendah. Hal ini menyebabkan "kilatan panas" yang digunakan untuk menjalankan generator turbin. Pembangkit listrik paling baru menggunakan air panas dari tanah untuk memanaskan cairan lain, seperti isobutene, yang dipanaskan pada temperatur rendah yang lebih rendah dari air. Ketika cairan ini menguap dan mengembang, maka cairan ini akan menggerakan turbin generator.
Pembangkit listrik tenaga Panas Bumi hampir tidak menimbulkan polusi atau emisi gas rumah kaca. Tenaga ini juga tidak berisik dan dapat diandalkan. Pembangkit listik tenaga geothermal menghasilkan listrik sekitar 90%, dibandingkan 65-75 persen pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Sayangnya, bahkan di banyak negara dengan cadangan panas bumi melimpah, sumber energi terbarukan yang telah terbukti ini tidak dimanfaatkan secara besar-besaran.
Indonesia, khususnya Jawa Barat merupakan lumbung panas bumi dunia. Indonesia tercatat memiliki 28,6 gwe potensi panas bumi yang tersebar di 245 titik. Potensi tersebut setara dengan dua belas miliar barel minyak bumi untuk pengoperasian selama tiga puluh tahun. Namun, sangat disayangkan pemanfaatannya belum maksimal. Invenstasi besar di awal membuat proyek tersebut kesulitanmendapatkan investor. Dari jumlah tersebut baru 1.189 mwe (megawatt electric) yang dimanfaatkan. Untuk menghasilkan 1 mwe listrik, dibutuhkan investasi tiga juta dolar AS sampai pembangkitan.
Jawa Barat memiliki empat puluh titik panas bumi yang tersebar di sejumlah wilayah. Potensi terbesar ada di Gunung Salak Bogor dan Garut. Pemerintah Jabar pernah menawarkan tender panas bumi kepada investor luar, tetapi peminatnya minim. Investor sulit masuk ke bisnis panas bumi karena selama ini pemerintah membuka tender hanya dengan data permukaan. Sementara para investor pada umumnya menginginkan data yang lebih dalam, untuk mendapatkan kepastian kapasitas kandungan panas bumi.

Energi Geothermal

Energi Geothermal

Energi panas bumi yang dapat diperbarui dan sumber daya berkelanjutan yang berasal dari panas yang dihasilkan oleh bumi. “Geo” berarti bumi dan “termal” berarti panas. Bumi memiliki empat lapisan utama, seperti yang ditunjukkan pada gambar pertama di bawah ini (Geothermal Dinas Pendidikan). Setiap lapisan memiliki komposisi yang berbeda, fungsi dan suhu, seperti yang diilustrasikan pada gambar di bawah kedua (Pendidikan Geothermal kantor). Panas bumi dan kadang-kadang memancar keluar mantel mencair pada suhu 300 ° F-700 ° F. Ketika mantel meleleh menjadi magma dibuat. Kadang magma mencapai permukaan kerak bumi dan kemudian disebut lava. Magma mencapai kerak bumi dan memanaskan batu dan air terdekat. Memanaskan air yang dapat mencapai permukaan dan bentuk sumber air panas dan geyser.



Energi panas bumi kurang menciptakan pencemaran lingkungan, yang terbarukan dan berkelanjutan, menghindari mengimpor sumber daya energi, tunjangan daerah terpencil, menambah keanekaragaman sumber energi, kurang menciptakan pembuangan limbah dan memiliki rentang hidup yang panjang.
Energi panas bumi yang dihasilkan oleh sumur pengeboran ke dalam tanah di mana aktivitas termal terjadi. Begitu juga telah diidentifikasi dan kepala terpasang dengan baik, uap dipisahkan dari air, air dialihkan melalui mesin turbin yang mengubah generator. Biasanya air disuntikkan kembali ke dalam tanah untuk memasok sumber panas bumi. Gambar di bawah ini menggambarkan bagaimana set-up situs yang mengumpulkan energi panas bumi terlihat seperti (EIA situs anak-anak) dan (Dinas Pendidikan Geothermal).


Lokasi Penggunaan Energi Geothermal
Energi panas bumi umumnya dimanfaatkan dalam bidang-bidang aktivitas gunung berapi. Cincin Pasifik merupakan tempat utama untuk pemanfaatan kegiatan panas bumi karena itu adalah wilayah di mana proses tektonik selalu terjadi. Gambar di bawah ini menunjukkan lokasi umum Cincin Api (EIA situs anak-anak).

USGS mendefinisikan proses tektonik sebagai serangkaian tindakan dan perubahan yang berkaitan dengan, menyebabkan, atau yang dihasilkan dari struktural deformasi kerak bumi. [Diadaptasi dari American Heritage Dic. Bahasa Inggris, 4th ed.] gambar ini mengilustrasikan proses-proses tektonik istilah (Geothermal Dinas Pendidikan).

Pembangkit listrik panas bumi yang digunakan di seluruh dunia, tetapi tidak dapat terletak tepat di mana saja. Mereka terletak di mana lempeng tektonik bertumbukan dan menghasilkan aktivitas gunung berapi. Peta di bawah menunjukkan di mana batas lempeng terletak dan peta berikut menggambarkan lokasi umum listrik tenaga panas bumi yang digunakan di seluruh dunia.

Tabel di bawah menunjukkan MW Geothermal Energi di berbagai negara di seluruh dunia. Untuk informasi lebih lanjut tentang negara-negara di bawah ini, klik pada nama. Untuk informasi lebih lanjut tentang tanaman panas bumi lainnya di seluruh dunia mengunjungi situs ini, Dipilih Geothermal Power Plants (ORMATGreEnergy Power).
Zunil, Guatemala 24 MW
São Miguel, Açores Islands, Portugal 14 MW
Leyte, The Philippines 125 MW
Olkaria, Kenya 100 MW
Nagqu, Tibet, P.R. of China 1.0 MW
Reykjanes Peninsula, Iceland 9.1 MW
Tabel di bawah ini menunjukkan negara-negara yang menggunakan Geothermal Energi dan jumlah megawatt pembangkit listrik yang mereka hasilkan.
Producing countries in 1999 Megawatts
United States 2,850
Philippines 1,848
Italy 768.5
Mexico 743
Indonesia 589.5
Japan 530
New Zealand 345
Costa Rica 120
Iceland 140
El Salvador 105
Nicaragua 70
Kenya 45
China 32
Turkey 21
Russia 11
Portugal (Azores) 11
Guatemala 5
French West Indies (Guadeloupe) 4
Taiwan 3
Thailand 0.3
Zambia 0.2
Dalam Amerika Serikat, Barat (dan khususnya California) adalah produsen utama Geothermal Energi. Setiap negara memiliki peraturan yang berbeda pada energi panas bumi. Menurut Biro Manajemen Tanah di California,, “The Geothermal Steam Act of 1970, sebagaimana telah diubah, (84 Stat, 1566; 30 USC 1001-1025) menyediakan Menteri Dalam Negeri dengan kewenangan untuk menyewa tanah dan publik federal lainnya tanah, termasuk tanah Hutan Nasional, untuk eksplorasi dan pengembangan panas bumi dalam sebuah cara ramah lingkungan. Hal ini kewenangan telah dilimpahkan kepada Bureau of Land Management (BLM). BLM mengimplementasikan UU melalui peraturan-peraturan yang terdapat di 43 Code of Federal Regulation (CFR) Bagian 3200. ” Tabel di bawah menunjukkan jumlah uang, sewa dan megawatt diproduksi di California selama Tahun Anggaran 2000 (1 Oktober 1999 30 September 2000).
Jenis Geothermal Power Plants
Teknologi panas bumi memiliki tiga beragam cara mengambil energi panas bumi dan mengubahnya ke energi bisa digunakan bagi manusia untuk digunakan. Sistem yang paling umum adalah uap dan pembangkit listrik biner. Ada dua jenis pembangkit listrik uap: kering flash uap dan uap. Definisi berikut dan gambar adalah dari Geothermal Technologies Program atau Godfrey Boyle di Renewable Energy: Power untuk Masa Depan Berkelanjutan.
Dry Steam Power Plants atau Hot Dry Rock Power Plants
• sumber daya yang didominasi uap di mana produksi uap tidak terkontaminasi
• Uap adalah 1050 ° F – 1220 ° F
• Uap melewati turbin
• Uap memperluas
• Blades dan poros berputar dan menghasilkan tenaga
• Cooling menara menghasilkan limbah panas
• Kebanyakan umum dan paling menarik secara komersial (Godfrey Boyle)
• Digunakan di daerah di mana tidak ada geyser
• Perlu untuk menyuntikkan air ke dalam batu
• Well mendalam
• Membawa lebih banyak waktu untuk menyuntikkan air di sumur

Listrik siklus biner
• Menggunakan suhu rendah, namun jauh lebih umum, sumber daya air panas (100 ° F – 300 ° F).
• Air panas adalah melewati sebuah penukar panas dalam hubungannya dengan sekunder (karenanya, “tanaman biner”) cairan dengan titik didih yang lebih rendah (biasanya hidrokarbon seperti isobutane atau isopentana).
• cairan sekunder menguap, yang memutar turbin, yang mendorong generator.
• Sisa cairan sekunder hanya didaur ulang melalui penukar panas.
• Panas Bumi cairan terkondensasi dan kembali ke reservoir.
• Binary tanaman menggunakan siklus mandiri, tidak ada yang dipancarkan.
• Energi yang dihasilkan oleh tanaman biner saat ini biaya sekitar 5-8 sen per kWh.
• Lower-suhu waduk jauh lebih umum, yang membuat tanaman biner lebih umum.

Flash atau tanaman Uap
• Gunakan sangat panas (lebih dari 300 ° F) uap dan sumber-sumber air panas (seperti yang ditemukan pada tanaman geyser di California utara)
• Uap baik datang langsung dari sumber daya, atau yang sangat panas, air bertekanan tinggi adalah depressurized ( “melayang”) untuk menghasilkan uap.
• Uap kemudian lampu turbin, yang mendorong generator yang menghasilkan listrik.
• Hanya signifikan emisi dari tanaman ini adalah steam (uap air).
• Menit jumlah karbon dioksida, nitrat oksida, dan belerang yang dipancarkan, tetapi hampir 50 kali lebih kecil dari pada tradisional, bahan bakar fosil-pembangkit listrik.
• Energi yang dihasilkan dengan cara ini saat ini biaya sekitar 4-6 sen per kWh.

Selasa, 21 Februari 2012

Sejarah Geothermal Di Indonesia


1918
Usulan JB Van Dijk pada tahun 1918 untuk memanfaatkan sumber energi panasbumi di daerah kawah Kamojang, Jawa Barat, merupakan titik awal sejarah perkembangan panasbumi di Indonesia.

1926 - 1928
Lapangan panasbumi Kamojang, dengan sumurnya bernama KMJ-3, yang pernah menghasilkan uap pada tahun 1926, merupakan tonggak pemboran eksplorasi panasbumi pertama oleh Pemerintah kolonial Belanda. Sampai sekarang, KMJ-3 masih menghasilkan uap alam kering dengan suhu 140C dan tekanan 2,5 atmosfer (atm).Sampai tahun 1928 telah dilakukan lima pemboran eksplorasi panasbumi, tetapi yang berhasil mengeluarkan uap -- ya itu tadi -- hanya sumur KMJ-3 dengan kedalaman 66 meter. Sampai saat ini KMJ-3 masih menghasilkan uap alam kering dengan suhu 1400 C dan tekanan 2,5 atmosfer.

1970-an
Tahun 1972 telah dilakukan pemboran pada enam buah sumur panasbumi di pegunungan Dieng, dengan kedalaman mencapai 613 meter. Sayangnya, dari keenam sumur tersebut tidak satu pun yang berhasil ditemukan uap panasbumi.Penyelidikan yang lebih komprehensif di Kamojang dilakukan pada 1972 menyangkut geokimia, geofisika, dan pemetaan geologi. Di tahun itu Cisolok, Jawa Barat, dan kawah Ijen, Jawa Timur, juga dilakukan penyelidikan.Lalu di tahun 1974, Pertamina aktif di dalam kegiatan di Kamojang, bersama PLN, untuk pengembangan pembangkitan tenaga listrik sebesar 30 MW. Selesai tahun 1977. Saat itu Selandia Baru memberikan bantuan dana sebesar 24 juta dolar New Zealand dari keperluan 34 juta dolar NZ. Sekurangnya dibiayai Pemerintah Indonesia.Selain itu, Pertamina juga membangun dua buah monoblok dengan kapasitas total 2 MW di lapangan Kamojang dan Dieng. Diresmikan 27 November 1978 untuk monoblok Kamojang dan tanggal 14 Mei 1981 untuk monoblok Dieng.PLTP Kamojang sendiri diresmikan 1 Februari 1983 dengan kapasitas 30 MW.

1980-an
Pada 1980-an usaha pengembangan panasbumi ditandai oleh keluarnya Keppres No. 22 Tahun 1981 untuk menggantikan Keppres No. 16 Tahun 1974. Menurut ketentuan dalam Keppres No. 22/1981 tersebut, Pertamina ditunjuk untuk melakukan survei eksplorasi dan eksploitasi panasbumi di seluruh Indonesia. Atas dasar itu sejak 1982 kegiatan di Lahendong diteruskan oleh Pertamina dengan mengadakan survei geologi, geokimia, dan geofisika. Pada 1982 itu juga Pertamina menandatangani kontrak pengusahaan panasbumi dengan Unocal Geothermal of Indonesia (UGI) untuk sumur panasbumi di Gunung Cisalak, Jawa Barat. Baru pada tahun 1994 beroperasi PLTP Unit I dan II Gunung Salak.Dan pada Februari 1983 sumur panasbumi di Kamojang berhasil dikembangkan secara baik, dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Unit-I (1x30 MW). Dan baru pada Februari 1987 Pertamina berhasil mengoperasikan PLTP Unit II.Sementara pengusahaan panasbumi di Gunung Drajat, Jawa Barat, dilakukan oleh Pertamina dengan Amoseas of Indonesia Inc. dan PLN (JOC-ESC). Tahun 1994 beropasi PLTP Unit I di Gunung Drajat.

1990-an
Pada tahun 1991 Pemerintah sekali lagi mengeluarkan kebijakan pengusahaan panasbumi melalui Keppres No. 45/1991 sebagai penyempurnaan atas Keppres No. 22/1981. Dalam Keppres No. 45/1991 Pertamina mendapat keleluasaan, bersama kontraktor, untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi panasbumi. Pertamina juga lebih diberi keleluasaan untuk menjual produksi uap atau listrik kepada PLN atau kepada badan hukum pemegang izin untuk kelistrikan.Di samping itu, pada tahun 1991 keluar juga Keppres No. 49/1991 untuk menggantikan Keppres No. 23/1981 yang mengatur tentang pajak pengusahaan panasbumi dari 46% menjadi 34%. Tujuannya adalah untuk merangsang peningkatan pemanfaatan energi panasbumi. Pada tahun 1994 telah ditandatangani kontrak pengusahaan panasbumi antara Pertamina dengan empat perusahaan swasta. Masing-masing untuk daerah Wayang Windu, Jawa Barat (PT Mandala Nusantara), Karaha, Jawa Barat (PT Karaha Bodas Company), Dieng, Jawa Tengah (PT Himpurna California Energy), dan Patuha, Jawa Barat (PT Patuha Power Limired). Untuk selanjutnya, 1995, penandatanganan kontrak (JOC & ESC) Pertamina Bali Energy Limited dan PT PLN (Persero) untuk pengusahaan dan pemanfaatan panasbumi di daerah Batukahu, Bali.

Senin, 20 Februari 2012

Geothermal, Nyata atau Sebuah Wacana


Energi Geo (Bumi) thermal (panas) berarti memanfaatkan panas dari dalam bumi. Inti planet kita sangat panas- estimasi saat ini adalah,500 celcius (9,932 F)- jadi tidak mengherankan jika tiga meter teratas permukaan bumi tetap konstan mendekati 10-16 Celcius (50-60 F) setiap tahun. Pembangkit Listrik tenaga geothermal menggunakan sumur dengan kedalaman sampai 1.5 KM atau lebih untuk mencapai cadangan panas bumi yang sangat panas. Beberapa pembangkit listrik  ini menggunakan panas dari cadangan untuk secara langsung menggerakan turbin. Yang lainnya memompa air panas bertekanan tinggi ke dalam tangki bertekanan rendah. Hal ini menyebabkan "kilatan panas" yang digunakan untuk menjalankan generator turbin. 

Pembangkit listrik tenaga Panas Bumi  hampir tidak menimpulkan polusi atau emisi gas rumah kaca. Tenaga ini juga tidak berisik dan dapat diandalkan. Pembangkit listik tenaga geothermal menghasilkan listrik sekitar 90%, dibandingkan 65-75 persen pembangkit listrik berbahan bakar fosil.

Sebenarnya Indonesia mempunyai potensi besar untuk energi bersih ini dengan adanya 400 gunung api dan 130 diantaranya masih aktif. Tetapi permasalahan tetap sama dengan masalah Iptek lainya yaitu dana dan Sumber Daya Manusia Indonesia sendiri.Untuk investasi untuk menggali energi panas bumi tidak sedikit karena tergolong berteknologi dan berisiko tinggi. Investasi untuk kapasitas di bawah satu MW, berkisar US$ 3.000-5.000 per kilowatt (kW). Sementara untuk kapasitas di atas satu MW, diperlukan investasi US$ 1.500-2.500 per kW. Selain itu belum adanya putra  - putri Indonesia yang mampu menjalankan proyek besar seperti ini. 

Tantangan selanjutnya adalah akibat sifat panas yang "site specific" kondisi geologis setempat. Karakter produksi dan kualitas produksi akan berbeda dari satu area ke area yang lain. Penurunan produksi yang cepat, sebagai contoh, merupakan karakter produksi yang harus ditanggung oleh pengusaha atau pengembang, ditambah kualitas produksi yang kurang baik, dapat menimbulkan banyak masalah di pembangkit. Misainya, kandungan gas yang tinggi mengakibatkan investasi lebih besar di hilir atau pembangkitnya. 

Tapi adanya proyek Mekanisme Pembangunan Bersih yang digembar gemborkan mayoritas pemimpin dunia termasuk Negara – Negara industri, memberi angin segar untuk proyek yang digagas sejak tahun 1972 ini. Dengan adanya bantuan dana dari Negara annex 1 (Negara dengan emisi karbon besar) kepada Negara non annex 1 dan beserta tenaga ahlinya, kita berharap agar sumber energi bersih ini dapat segera direalisasikan dalam 10 – 15 tahun ke depan.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management